Selasa, 11 Mei 2010

Sungai Pinggir dan Tengah Kota

Pernahkah anda iseng saat berangkat dan pulang dari bepergian memperhatikan sungai yang melintas di sisi jalan? Bila pernah, apa yang terlintas di benak anda? Sungai yang dangkal, pinggir sungai yang akan runtuh, sungai yang keruh atau sungai yang penuh dengan sampah?

Pasti secara umum, sungai yang melintasi pinggir dan tengah kota sudah seperti itu.
Perhatikan dengan seksama :

Bila kita bepergian dari Bogor ke Jakarta lewat jalan raya Bogor, kita akan mendapatkan penampakan sungai yang melintas disisi timur jalan raya Bogor mulai dari Cibinong sampai Depok ada beberapa bagian yang mulai longsor, mungkin pinggir jalan yang langsung berbatasan dengan sungai terlalu berat menahan beban jalan, hingga sang bibir longsor perlahan.
Sampah rumah tangga menjumpuk di beberapa titik pembuangan.Plastik bekas kantung belanja yang penuh dengan sampah rumah tangga, styrofoam yang mengambang di bawa aliran sungai.
Warna air yang tak jernih lagi dan berbau menyengat karena pabrik membuang langsung limbah produksi tanpa dilakukan treatment dahulu.

Pun dengan sungai yang melintas di sebelah barat akses jalan dari Cibuluh sampai cilebut. Titik pembuangan sampah 'liar' berpuluh jumlahnya, beberapa bagian jalan longsor karena terlalu berat menahan beban kendaraan, sampah plastik dan styrofoam mengambang. Tiap hari, tak perduli musim kemarau atau musim hujan. Seolah sungai-sungai yang melintas bak tempat sampah yang tak akan pernah penuh.Sebuah anggapan dan anggapan yang tentu saja memprihatinkan.
Kondisi ini berlanjut sampai sungai yang melintas di bagian barat jalan, kemudian sungai berpindah ke timur jalan raya dan rel kereta, sungai dangkal, sampah bercampur lumpur, tumpukan sampah puluhan titik jumlahnya.
Tak heran jika pintu air manggarai yang menjadi semacam pintu ijin masuk air ke kota Jakarta juga penuh dengan 'oleh-oleh' dari hulu.
Sungai Kalimalang, sama saja. Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembarangan sebagai akibat minim dan kewalahannya armada pengangkut.
Itu baru sungai-sungai yang melintas di pinggiran kota, bagaimana dengan sungai yang membelah di tengah kota Jakarta. Sama saja. Sungai yang melintas di Menteng pun dangkal penuh dengan sampah.

Andai, pengolahan sampah modern berdiri di beberapa tempat di pinggiran kota, armada pengangkut sampah cukup dan layak, kesejahteraan tenaga honorer dinas kebersihan terjamin, kampanye bahayanya akibat buang sampah sembarangan tiada bosan di sampaikan, sangsi hukum tegas bagi yang membuah sampah dan limbah di terapkan, sungai pasti bersih ...

Wahh ... kapan sungai yang melintas di pinggir dan tengah kota bersih ya?

Bagaimana menurut anda?

Tidak ada komentar: