Kamis, 09 Oktober 2008

Pengungsi Iklim (Antara News)

09/10/08 09:52

Barcelona, Spanyol (ANTARA News) - Kerusakan lingkungan hidup seperti penggurunan atau banjir akibat perubahan iklim dapat memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka dalam beberapa dasawarsa ke depan, kata beberapa ahli, Rabu.

"Semua petunjuk memperlihatkan kita berhadapan dengan masalah utama global yang terus mencuat," kata Janos Bogardi, Direktur U.N. University`s Institute on the Environment and Human Security di Bonn, Jerman.

"Para ahli memperkirakan bahwa hingga 2050 sebanyak 200 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat masalah lingkungan hidup, sejumlah orang, kira-kira, sama dengan dua-pertiga wilayah Amerika Serikat hari ini," kata University itu dalam suatu pernyataan, seperti dilaporkan Reuters.

Bogardi mengatakan jumlah pendatang lingkungan hidup saat ini dapat mencapai 25 hingga 27 juta orang. Tak seperti pengungsi politik yang meninggalkan negeri mereka, banyak orang mencari rumah baru di negara mereka sendiri.

Ia menyatakan penting untuk menyusun cara melacak jumlah orang yang terpaksa meninggalkan rumah mereka dengan alasan seperti gagal panen yang berulang dan disebabkan oleh pemanasan global, sehingga pemerintah dan organisasi bantuan dapat berusaha membantu mereka.

"Langkah utama ke arah bantuan ialah pengakuan," kata Bogardi.

Pada waktu lalu, banyak orang seperti itu akan didaftar sebagai pengungsi ekonomi. Namun, pengungsi ekonomi, misalnya, seringkali adalah pemuda yang mencari kerja.

"Perpindahan yang dilatar-belakangan lingkungan hidup diperkirakan akan menonjolkan makin banyak orang tua, anak-anak, perempuan dan orang yang lebih miskin, dari kondisi lingkungan hidup yang lebih menyusahkan," katanya.

Ahli dari hampir 80 negara direncanakan bertemu di Bonn dari 9 hingga 11 Oktober untuk membahas cara membantu pendatang lingkungan hidup.

Satu studi di 22 negara berkembang oleh lembaga pimpinan Bogardi dan beberapa lembaga penelitian lain Eropa mengenai alasan bagi perpindahan memperlihatkan kekhawatiran yang dapat ditimbulkan oleh jaringan penyelundupan manusia akibat kerusakan lingkungan hidup.

Di Bangladesh, "perempuan yang memiliki anak kecil, yang suami mereka meninggal di laut selama topan Sidr atau berada jauh sebagai tenaga kerja migran sementara, adalah korban empuk bagi penyelundup dan berakhir di jaringan pelacuran atau di tempat kerja paksa di India", katanya.

Pola serupa ditemukan di setidaknya satu studi lain nasional. "Eksploitasi manusia yang dilakukan oleh penyelundup dilaporkan makin luas saat arus pendatang tak resmi dan tidak sah menggelembung," tambahnya.

Pengungsi iklim adalah orang terlantar akibat perubahan iklim, dipicu oleh berbagai bencana lingkungan. (*)

sumber : http://www.antara. co.id/arc/ 2008/10/9/ rusaknya- lingkungan- akan-paksa- jutaan-orang- jadi-pengungsi- iklim/

Tidak ada komentar: