Minggu, 12 Oktober 2008

Kunjungan Ke Nusa Tenggara Timur

Di penginapan setelah makan malam bersama relawan dari Inggris dari kiri-kanan
Ibu Mike & Bp Mike (Inggris), Aku, Dr. Miranda (Philipina), Steven (Kenya) dan Catherine (kenya)

Melepas lelah di Kedai Kopi di Bajawa, Kiri-Kanan
Berni (Wisatawan Jerman), Shahrur Khan dari Bajawa (mirip banget ya?, Andrew.

Di Bajawa yang udaranya dingin seperti di Puncak, Bogor.
Bersama teman-teman pengurus Yayasan Mitra Tani Mandiri & Koperasi Wira Mandiri (KOPWIMAN), yang mengolah & mengelola kacang Mede kulitas Ekspor.
Setahun sampai 8 ton lebih kacang Jambu Mede yang di hasilkan

Pose di depan Sekretariat JPA (Jaringan Pemasaran Adil) Maumere
JPA konsen dengan Rehabilitasi Hutan, Sarana Air Bersih Swadaya dan pengolahan minyak kelapa (VCO)

Di Bandara Ende kami di jemput relawan VSO dari Inggris, Mr. Mike (Tshirt putih)
Kami mengunjungi PUSKOPDIT yang bergerak di Koperasi Simpan Pinjam di Jalan Melati.

Minggu pertama Desember 2007, Adalah Andrew Ndeithi, relawan VSO (Volunteer Service Overseas) yang berasal dari Kenya, Afrika.
Beliau di tugaskan oleh lembaganya yang berpusat di Inggris untuk bisa berbagi pengalaman dalam hal pemasaran produk hasil masyarakat dampingan lembaga nirlaba, RMI The Indonesian Institute for Forest and Environment, tempatku 'mengabdikan' diri.
Dalam perjalanannya di rasa perlu, beliau mengajukan studi banding ke Ende, Maumere dan Bajawa, kabupaten di Nusa Tenggara Timur .
Rasa 'nervous' melakukan perjalanan udara sempat hinggap di benakku. Bagaimana tidak, saat negeri ini di landa musibah kecelakaan udara yang menelan banyak korban, di tambah musim hujan yang sewaktu-waktu merubah kondisi di udara.
Beranjak dari Bogor jam 03.00 dini hari di antar oleh Pak Pandu dan Eko putranya. Sepanjang perjalan di tol Jagorawi suasana hujan.
Tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 04.30, kami harus check in.
Ternyata Pesawat yang kami tumpangi mengalami keterlambatan cukup lama. Kami harus menunggu hampir tiga jam, untuk melakukan penerbangan ini yang transit di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Mbali.
Jam 10.00 pesawat baru bisa terbang, sampai di Mbali sekitar enampuluh menit lewat, transit beberapa saat.
Perut kami lapar, karena memang hanya sarapan roti, ini tak biasa. Perut orang ndeso yang selalu sarapan sego. Aku pesan 'black coffee' & 'bakso'. Harganya? Uedann....
Kopi secangkir duapuluh ribu, bakso semangkok tigapuluh ribu. Apa boleh buat, dari pada perut demontrasi terus.
Merpati tujuan Ende akhirnya membawa kami. Nyaris tiada seat yang kosong.
Begitu tiba di Bandara Ende yang di apit oleh dua bukit, aku kaget karena ternyata Kota Ende tak kubayangkan seperti ini. Suasana bandara seperti di stasiun, orang 'nyaris' bisa mengakses dalam bandara dengan bebas.
Suasana kota dengan ekonomi yang hidup di tandai dengan berseliweran motor roda dua dan kendaraan kelas menengah yang cukup banyak. Rata-rata mobil sekelas Avanza, Xenia, Innova di jadikan mobil sewaan atau taxi dengan tarif 500 ribu per hari untuk satu kabupaten, jika Anda berkeliling sehari melintasi 3 kabupaten kalikan saja 3. Mobil di sini rata-rata berplat L (Surabaya).
Aktifitas perbangkan juga ramai, Bank BNI 46 sangat menonjol dengan suasana warga yang akan menyetorkan dananya unutk di tabung.
Ohhh...Ende, Dirimu sungguh elok, seperti gadis yang sedang tumbuh.

2 komentar:

Gigih Herman Pratikto mengatakan...

silakan di link....OKE

suparno jumar mengatakan...

86, Matur nuwun.