Di negeri kita banyak kaum cerdik cendekia, masing-masing memiliki keahlian. Di antaranya banyak yang telah menulis terkait dengan keahlian, profesi, humor juga hobi. Namun banyak juga yang belum mempublikasikan segala sesuatu yang dimiliki secara keilmuan maupun gagasan. Hal tersebut di mungkinkan karena orang tersebut belum banyak tahu bagaimana liku-liku sebuah buku dari naskah sampai menjadi buku yang di jual di toko-toko buku. Penulis muda berbakat juga mulai bergeliat, dari yang sekedar menulis buku harian , menulis uneg-uneg di situs gratis semisal blogspot, wordpress.
Jika di cermati, di toko buku banyak karya yang di terbitkan berawal dari ngeblog. Ternyata karena di blog sering di kunjungi ‘tamu-tamu’ mulai timbul gagasan, kenapa gak diterbitkan tulisan-tulisan itu?
Beberapa hal yang perlu di perhatikan, bila kita akan menerbitkan sebuah buku.
1. Jenis Buku/ Naskah
Ribuan jenis buku beredar di toko buku sesuai dengan kompetensi setiap penulis.
2. Bahan isi dan bahan kulit sampul
3. Desain dan bahan sampul.
menjadi penting karena tampilan yang menarik akan menggelitik ‘pemburu’ ilmu. Namun, yang tak kalah seru untuk dipertimbangkan apakah akan di finishing dengan sentuhan tekhnologi yang lebih tinggi? Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap harga jual ke pembaca.
Bahan kertas isi sangat beragam, dari kertas koran yang murah sampai bahan kertas yang mahal tersedia di toko bahan kertas percetakan. Semakin murah atau semakin mahal akan mempengaruhi harga jual ke pembaca.
4. Tata letak
Menjadi sangat penting ketika kita akan menulis buku, tipe huruf apa yang cocok?
5. Editing
Proses editing di setiap dunia tulis menulis menjadi sangat penting untuk menghindari salah ketik, salah eja bahkan istilah.
6. Dummy
Contoh bentuk buku jadi yang di jadikan pedoman bagian percetakan. Juga bisa menjadi pedoman keluhan penerbit bila hasil cetakan tak sesuai.
7. Cetak
Sebaiknya kita tahu betul proses cetak buku di percetakan untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan, misalnya order cetak dari penerbit limaribu eksemplar, namun bila penerbit nakal di naikkan. Selisihnya di lempar ke pasar gelap.
Pilihan menerbitkan buku
Diterbitkan sendiri, artinya semua proses dari menyiapkan naskah sampai cetak dikerjakan sendiri. Untuk urusan distribusi, bisa kita kerjakan sendiri. Tentu, hal ini akan menyita banyak waktu dan tenaga, selain juga materi.
Ada juga cara lain yang agar buku kita bisa tetap terbit. Yaitu, kita tawarkan naskah itu ke penerbit. Bila naskah itu di terima dan diterbitkan kita mendapakan hak royalti dari setiap buku yang terjual. Besarnya royalti penulis ini berkisar 7-10% dari harga jual buku. Bayangkan, bila kita menjadi penulis yang produktif, rata-rata 7 judul buku diterbitkan setiap tahun. Masing-masing judul di cetak ulang alias laku keras. Bulan ke-empat/ lima, kita akan menerima pembayaran royalti yang di kirim penerbit ke rekening bank kita. Selama buku-buku kita masih terus terjual, selama itu pula kita akan menerima royalti sejumlah buku yang laku.
Jual putus atas naskah. Kita jual naskah ini ke penerbit dengan nilai tertentu, semakin bagus akan semakin mahal pula.
Atau, ada cara yang ini. Kita punya gagasan, kita paham betul gagasan itu. Cari penulis handal yang telah banyak menulis buku. Akan ada wawancara untuk menggali gagasan itu menjadi naskah hingga siap menjadi sebuah buku. Setelah buku terbit, dan laku terjual, royalti untuk penulis di bagi 50%-50%. Sebagai contoh, saya sebagai pemilik gagasan/ ide, anda penulisnya. Terbitlah sebuah buku dengan harga jual duapuluh ribu rupih. Royalti 10% dari harga jual untuk penulis di bagi 2. Saya mendapat seribu rupiah, anda seribu rupiah. Bila buku tersebut di cetak lima ribu eksemplar dan habis terjual bahkan sampai cetak ulang, berapa banyak uang yang didapat. Bingung menghitungnya!
Waduhh ... jadi pengin nulis neh, tapi apa yang mau di tulis? Lha nulis saja jarang ... Jangan berkecil hati, banyak penulis buku best seller dunia yang di awali dengan susah payah.
Mario Puzo penulis The Godfather, sebelum menjadi penulis terkenal hampir mati karena sakit kandung empedu. Bahkan untuk membelikan sepatu anaknya, ia harus meminjam uang dari kakaknya. Namun, setelah buku-bukunya laku dan di film-kan, dia tersenyum puas dan berkata “di belakang keberuntungan ada kerja keras”.
Juga dengan JK. Rowling yang menjadi pengarang bestsellers secara ‘tak sengaja’. Kebiasaan bercerita kepada anak-anak, melambungkan imajinasinya hingga bisa menjadikan khayalan manjadi sebuah cerita ‘dahsyat’ yang disukai anak-anak, orang dewasa bahkan orang tua lewat Harry Potter. Buku seri Harry Potter pertama sampai ke-tujuh laris bak kacang goreng, bahkan pembaca berebut untuk bisa menjadi pembeli pertama dengan rela antri sampai harus menginap di depan toko buku.
Pun dengan penulis yang di juluki ratu kriminal Agatha Christie. Saat masih remaja di ejek oleh kakaknya, dia tak akan bisa menjadi penulis. Tapi apa yang terjadi? Dia bisa buktikan pada kakaknya dia menjadi penulis novel dengan 85 judul selama hidupnya dengan oplag 2 milyard eksemplar. Buku-bukunya telah di alih bahasa ke dalam 103 dialek. Lebih dari 14 judl telah di filmkan.
Hahhhh? Indonesia dengan kriminal tinggi, mungkinkah ada penulis yang bisa mengekor kesuksesannya?
Jangan-jangan Andalah orangnya ...
Rabu, 05 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar